Orang yang dibesarkan dalam keluarga mampu , mungkin nilai ideal mereka adalah membantu dengan materi kepada orang lain, namun nilai ideal yang sama tidak akan kita jumpai pada keluarga pengemis atau gelandangan, misalnya.
Mungkin, nilai ideal mereka adalah tidak membiarkan anak bayinya kelaparan, bahkan tidak mustahil nilai ideal ini akan mengalahkan nilai ideal lain secara general, misalnya membeli susu dengan hasil mencuri .
II. BUKTI ,KEKUASAAN ,dan DAYA MEMORI
Di atas sudah dijelaskan bahwa orang hanya percaya terhadap apa yang mereka kuasai dan yang bisa dibuktikan. Pada saat seseorang dengan keterbatasan kekuasaan tidak bisa menghadirkan bukti, maka sulit baginya untuk meraih kepercayaan dari orang lain.
Begitu besarnya peran kekuasaan dalam sistim kepercayaan, sehingga Max Weber dalam bukunya yang berjudul Essay in Sociology pada tahun 1948 menyebutkan: “….kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauannya sendiri dengan sekaligus menerapkan tindakan perlawanan terhadap orang-orang atau kelompok tertentu”
Kelirumologi yang ada seringkali penguasa memberikan perintah atas dasar kekuasaannya tanpa adanya bukti tertulis sehingga pada saat terjadinya kesalahan atau setelah waktu berjalan sehingga ia lupa akan perintahnya tersebut, maka si pemimpin tersebut akan sangat sulit untuk dimintai pertanggungjawabannya. Apakah anda juga melakukannya ?
III. MENGERTI vs PERCAYA
Daniel T Gilbert dari University of Texas di Austin menulis bahwa Percaya atau yakin adalah suatu proses pengertian mental dan usaha fisik dari suatu informasi yang dianggap berharga, dalam hal ini yang perlu ditambahkan penulis adalah adanya suatu keyakinan bahwa hal itu adalah baik dan bermanfaat bagi pengikutnya, sedangkan mengerti melibatkan proses pemahaman yang baik dari suatu permasalahan namun tidak menyakini adanya manfaat yang bisa dipetik.
Dalam teori kepribadian , dijelaskan bahwa manusia itu :(1).Selalu sama dengan orang lain,(2). Sebagian sama dengan orang lain ,(3).Unik, sama sekali tidak sama dengan orang lain sehingga kembali nilai kepercayaan seseorang akan berbeda dengan orang lain.
Singkatnya, penulis menekankan bahwa percaya adalah suatu sistem yang dibenarkan oleh individu , dan memiliki nilai positif serta mungkin dilaksanakan oleh individu yang bersangkutan, dibandingkan dimensi “mengerti” yang hanya melibatkan pengamatan terhadap suatu system yang bisa menghadirkan ataupun tidak keterlibatan penilaian benar atau salah dan individu yang bersangkutan menilai bahwa suatu gagasan tersebut tidak dapat dilakukan olehnya .
Saudara, jelaslah sudah bahwa konsep kepercayaan berkenaan dengan nilai ideal atau hati nurani seseorang dimana nilai ideal tersebut seringkali didapatkan secara nurture yang merupakan kerangka berpikir utama dan dimatangkan oleh pengalaman. Memaksakan suatu nilai ideal lain dalam system kepercayaan orang lain akan menimbulkan potensi terjadinya konflik antar keyakinan.